Judul : Ayahku (bukan) Pembohong
INTRINSIK
INTRINSIK
- · Tema
Cinta kasih seorang ayah yang tak terungkapkan
- · Alur
Maju – mundur
1.
Pengenalan
Ayah mulai bercerita kepada Dam tentang Sang Kapten (salah satu pemain di
klub bergengsi pada masanya) yang ternyata adalah temannya dulu.
2.
Konflik
Dam beranjak remaja dan masuk sekolah di Akademi Gajah. Dam mulai mencari
tahu tentang kebenaran akan cerita-cerita yang Ayah ceritakan kepadanya. Dam
mulai menemukan bukti – bukti tentang kebenaran akan cerita ayahnya.
3.
Klimaks
Dam menemukan buku-buku lama yang ternyata cerita buku-buku tersebut
persis seperti cerita-cerita yang ayah ceritakan kepadanya. Dam menanyakan
kebenaran akan cerita tersebut tetapi Ayah tetap menjawab itu tidak bohong.
Dilain cerita, dikatakan bahwa Ibu meninggal dunia. Dam menyangka bahwa ayah
telah membohonginya atas penyakit yang diderita ibu. Ayah juga
menyangkut-pautkan cerita – cerita tentang si Raja Tidur. Dam lelah atas semua
cerita Ayah yang tidak masuk akal. Sehingga mulai saat itu Dam sudah tidak
percaya lagi kepada Ayahnya.
4.
Antiklimaks
30 tahun berlalu. Dam menikah dengan Taani (teman masa kecilnya). Taani
mengajak Ayah tinggal bersama mereka menemani Zas dan Qon (Anak Dam dan Taani).
Seiring waktu berjalan, Ayah menceritakan kisah-kisah yang dulu diceritakannya
untuk Dam kepada Zas dan Qon. Dam yang saat itu hubungannya sedang tidak baik
dengan Ayahnya lalu mengusir Ayah dari rumahnya.
5.
Penyelesaian
Ayah meninggal. Dam datang ke pemakamannya. Di pemnakaman, seluruh
penjuru dunia datang untuk melayat. Ter masuk tokoh-tokoh yang diceritakan Ayah
kepada Dam pun datang. Seperti Sang kapten, dll. Dam kaget. Seketika Dam
menyadari bahwa Ayah bukanlah pembohong.
- · Tokoh dan Penokohan
Dam
a)
Pantang Menyerah
“Tangan dan kakiku terus mengayuh. Setengah jam
berlalu, satu anak sudah berhenti di ujung kolam, tersengal, dan menyerah.”
b)
Tegas
“Ya, aku tidak suka. Kecuali Ayah bilang pada Zas dan
Qon bahwa cerita-cerita itu bohong.”
“Ayahku bukan pembohong. Seluruh kota tahu Ayahku
jujur dan sederhana.”
c)
Baik
“Dia anak yang baik. Dia menjaga wanita tua ini sepanjang perjalanan.”
Ayah
a)
Bijaksana
“Yang menghina belum tentu lebih mulia dibandingkan yang dihina.”
b)
Peduli
“Bagaimana sekolahmu di tahun kedua, Dam?”
Ibu
a)
Peduli
“Kau belum menyisir rambutmu Dam!”
b)
Tegas
“Siapa bilang dia boleh makan kue itu? Dia masih dihukum!”
c)
Baik
“Ibu percaya Dam.”
Taani
a)
Pengertian
“Ayah
tinggal sendirian, Dam. Tidak ada yang memastikan apakah ayah sudah makan atau
belum, mencuci pakaian, atau membersihkan rumah....” (hal.265)
b) Peduli
“Kaki
kau pegal, Dam?” (hal.20)
Jarjit
a) Baik
“Sarapan,
Dam..” (hal.75)
- · Latar
A. Waktu
- Malam hari
“Percuma saja kau tunggu.
Malam ini...” (hal.8)
-
Dini hari
“Tidur Dam. Ini sudah pukul tiga dini hari.” (hal.16)
-
Pagi hari
“Libur panjang selesai. Pagi ini Ayah dan Ibuku mengantarku ke stasiun
kereta.” (hal.122)
B. Tempat
- Ruang keluarga
Lima belas detik ruang keluarga lengang. (hal.16)
-
Perpustakaan
“Seperti yang kuduga aku akan menemukan buku itu esok harinya saat
melanjutkan hukuman membersihkan perpustakaan sekolah.” (hal.147)
-
Lobi sekolah
Melihat anggota Tim Pemburu
memasuki lobi sekolah benar-benar menghilangkan seleraku. (hal.211)
C. Suasana
- Ramai
Lapangan sekolah ramai oleh anak-anak yang
bermain bola kasti. Tertawa, saling kejar,
dan mengincar. (hal.21)
-
Sepi
Ruang kerjaku lengang, menyisahkan
denging laptop. (hal.189)
- · Sudut Pandang
Orang pertama pelaku utama
- · Gaya Bahasa
- “Sejak aku tahu Ibu sakit-sakitan, paham bahwa Ibu
punya kelainan bawaan yang membuat ia seperti rumus matematika...” (hal. 174)
- Terlambat,
perayaan ulang tahun Ibu hancur berkeping-keping. (hal.192)
B. Personifikasi
- Retro tertawa
lebar melihat ikan-ikan itu berlompatan berusaha kabur dari jaringnya saat
berhasil diangkat. (hal.203)
- · Amanat
Janganlah berburuk
sangka kepada seseorang
Karena sesungguhnya kita tidak tahu kebenaran dibalik apa
yang kita anggap itu buruk.
EKSTRINSIK
Karena sesungguhnya kita tidak tahu kebenaran dibalik apa
yang kita anggap itu buruk.
EKSTRINSIK
- Nilai Budaya
Sejak kecil, bahkan sejak aku belum bisa diajak berbicara, Ayah sudah suka bercerita
- Meminta maaf
Ibu berkali-kali minta maaf pada ibu Jarjit. (hal.37)
- Nilai Moral
"Kita sudah bersepakat. Setengah jam sudah lewat, saatnya tidur. Kalian tidak akan melanggar kesepakatan kita, bukan? Atau tidak akan ada lagi orang yang menghormati janji kalian." (hal.109)