Minggu, 31 Maret 2013

Peswat Aerodinamis




Parepare tahun lima puluhan adalah kota tenang, penduduknya mungkin tidak lebih dari sepuluh ribu jiwa. Kota yang berjarak 155 km dari Ujung Pandang ini tenang dan teduh karena rimbunnya daun-daun pepohonan di tengah kota. Siapa sangka, di kota nan indah ini akan lahir seorang tokoh, ilmuwan, bahkan figure teladan bangsa Indonesia. 25 Juni 1936 menjadi hari terpilih dilahirkannya anak tersebut. Bachruddin Jusuf Habibie namanya. Putra dari Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A Tuti Marini Puspowardojo dilahirkan dengan bantuan seorang bidan yang oleh orang bugis disebut dengan “Sanro”. Baik Alwi Abdul Jalil Habibie maupun R.A. Tuti Marini Puspowardojo bukan kelahiran Sulawesi Selatan. Alwi Abdul Jalil Habibie lahir di Gorontalo sedangkan R.A. Tuti Marini Puspowardojo lahir di Yogyakarta. Garis keturunan ibu dari B.J. Habibie kebanyakan adalah seorang dokter. Tak mengherankan jika B.J. Habibie kelak menjadi seorang figur teladan.

B.J. Habibie adalah anak keempat dari delapan bersaudara. Masa kecilnya di Parepare bisa dibilang biasa saja. Namun kepribadiannya yang periang dan selalu optimis, membuatnya merasa sebagai anak yang tidak pernah menyusahkan orang lain. Sejak kecil watak B.J. Habibie berbeda dari saudara-saudaranya. Ia termasuk anak yang senang mengerjakan sesuatu. Di rumah ia senang membaca buku apa saja. Pada masa kecilnyapun beliau agak tertutup, tetapi ia sangat tegas berpegang  pada prinsipnya. Jika misalnya timbul perselisihan dengan adik-adiknya dan B.J. Habibie disalahkan maka ia tidak akan begitu gampang menerimanya, ia akan melakukan pembelaan terhadap dirinya. Di SMA prestasinya pun mulai menonjol, terutama dalam bidan MIPA. Prestasinya di SMA membuatnya dikenal di kalangan sekolah. B.J. Habibie juga dikenal  sangat ramah, baik di dalam maupun di luar sekolah. Ia senang bersahabat dengan siapa saja. Selanjutnya B.J. Habibie menuruskan pendidikan di ITB. Selama menjadi mahasiswa ITB, B.J. Habibie banyak tertarik pada bidang pesawat terbang. Salah satu hobinya yang tidak dapat berkembang adalah kegemaran dan perhatiannya terhadap Aeromodelling. Ia pernah memasukki Aeromodellilng Club, tapi kelihatannya ia tak pernah punya waktu banyak untuk itu. B.J. Habibie praktis hanya 6 bulan menjadi mahasiswa ITB. Tahun lima puluhan, belajar di luar negeri merupakan hal yang langka. Baik beasiswa maupun belajar sendiri. Namun B.J. Habibie tidak menyia-nyiakan waktu dan pergi ke kantor Menteri Pendidikan dan mengajukan beasiswa. Siapa yang sangka, akhirnya B.J. Habibie meneruskan pendidikan beasiswanya ke Jerman. Tepatnya di Technische Hochschule Aachen Jerman Barat. 

Di Jerman, karir B.J. Habibie dimulai. Ketertarikannya dalam dunia Aeromodelling menjadi motivasi  beliau secara tidak langsung. Selama menjadi mahasiswa disana, beliau aktif dalam kegiatan kemahasiswaan dan tak lupa dengan pelajaran. Pada kesempatan-kesempatan tertentu B.J. Habibie selalu mengungkapkan keinginannya untuk berbuat sesuatu bagi negara dan bangsanya. Lalu ia menggagas suatu seminar pembangunan bagi mahasiswa-mahasiswa di Eropa. Seminar tersebut berlangsung sukses.
Ketika waktunya tiba untuk pulang ke Tanah air untuk berlibur, B.J. Habibie bertemu dengan seorang teman SMAnya dulu. Yaitu Ainun. Siapa yang sangka yang kemudia kedua insan ini menjadi pasangan keluarga yang hidup bahagia. Ketika mereka baru menikah, B.J. Habibie membawa Ainun ke Jerman untuk menemaninya. Kehidupan pasangan ini di Jerman diwarnanai suka dan duka yang oleh keduanya duka yang didapat dapat diminimalisir dengan suka yang selalu menyertai kehidupan mereka. 

Karier B.J. Habibie yang semakin maju sehingga membuat Ainun tak harus mengurus rumah tangga. Ia tak sempat lagi menjahit karena harus sering ikut ke mancanegara. Diterimanya B.J. Habibie di MBB Civil Aircraft Division (MBB) sebagai wakil kepala direktur membuat Ainun sudah mulai sibuk mengikut turne-turne B.J. Habibie. Karirnya dalam pembuatan Pesawat terbang Aerodinamis sudah tidak dapat diragukan. Terbukti dengan masuknya B.J. Habibie di perusahan pesawat terbang paling bergengsi di Jerman, yaitu MBB. Kesuksesannya di negara Jerman, membuat B.J. Habibie dilirik oleh Tanah Air. Soeharto yang ketika itu menjadi presiden mengirimkan surat kepada B.J. Habibie. Suat tersebut berisikan tentang agar B.J. Habibie siap jikalau sewaktu-waktu beliau dipanggil oleh Tanah Air demi pembangunan.

Setelah B.J. Habibie memperoleh gelar Doktor di bidan ilmu konstruksi pesawat terbang ia menulis surat ke Indonesia mengabarkan kesiapannya untuk pulang ke Tanah Air. Dan akhirnya B.J. Habibi beserta keluarganya kembali ke Tanah Air. Selama di Tanah Air, Soehartolah yang membantu banyak B.J. Habibie. B.J. Habibie diminta presiden untuk membuat pesawat terbang bagi Tanah Air. Proses pembuatan pesawat terbang tersebut memakan waktu bertahun-tahun. Ketika waktunya tiba, pesawat terbang yang oleh B.J. Habibie dinamai N-250 Gatotkoco diuji cobakan dihadapan para tokoh penting Indonesia dan pers. Pesawat tersebut berhasil terbang mengitari langit Indonesia yang ketika itu sangat cerah dibaluti awan-awan yang menghiasinya. Orang-orang yang melihat bersorak sorai gembira melihat keberhasilan pesawat N-250 Gatotkoco. Dalam diri B.J. Habibie sendiri diliputi rasa lega yang sedari sebelum diuji cobakan persaan khawatir, takut menjadi satu.

Kesuksesan B.J. Habibie juga terjadi di bidang pendidikan. Beliau menjadi pemimpin Ikatan Cendekiawan Muslim (ICMI) yang menjadi suatu organisasi pendidikan yang bertanggung jawab akan sekoalh. ICMI mendirikan sekolah Insan Cendekia (sekarang MAN Insan Cendekia) dimana lulusan angkatan pertama  sekolah tersebut dapat menembus berbagai macam PTN terbaik di Indonesia. Seperti ITB, UI, UGM, dll
Kesuksesan yang telah diraih oleh B.J. Habibie tak luput dari semangat dan optimisme yang terus menggelora di dalam dirinya. Sifatnya yang ramah dan pandai bergaul membuatnya disukai oleh teman-temannya. Keuletan dan keseriusan dalam mengerjakan sesuatu memimbingnya dalam menjadi salah satu orang tersukses di Indonesia. Hal tersebt tak lupa berkat doa dan ddukungan dari keluarga, kerabat dekat, dan istri. Ainun lah yang selama di Jerman, selama dipersunting oleh B.J. Habibie mendukung setiap jerih payah suaminya untuk menuju kesuksesan. Ainun lah yang selama in memotivasi B.J. Habibie dari belakang. Dari beliau bukan menjadi apa-apa sampai dia menjadi apa-apa seperti sekarang.

Itulah perjalanan kesuksesan B.J. Habibie dalam dunianya di bidang pesawat terbang. Banyak sekali pemuda-pemudi yang menjadikannya motivasi demi kesuksesannya nanti kelak.