Parepare tahun lima puluhan adalah kota
tenang, penduduknya mungkin tidak lebih dari sepuluh ribu jiwa. Kota yang
berjarak 155 km dari Ujung Pandang ini tenang dan teduh karena rimbunnya
daun-daun pepohonan di tengah kota. Siapa sangka, di kota nan indah ini akan
lahir seorang tokoh, ilmuwan, bahkan figure teladan bangsa Indonesia. 25 Juni
1936 menjadi hari terpilih dilahirkannya anak tersebut. Bachruddin Jusuf
Habibie namanya. Putra dari Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A Tuti Marini
Puspowardojo dilahirkan dengan bantuan seorang bidan yang oleh orang bugis
disebut dengan “Sanro”. Baik Alwi Abdul
Jalil Habibie maupun R.A. Tuti Marini Puspowardojo bukan kelahiran Sulawesi
Selatan. Alwi Abdul Jalil Habibie lahir di Gorontalo sedangkan R.A. Tuti Marini
Puspowardojo lahir di Yogyakarta. Garis keturunan ibu dari B.J. Habibie
kebanyakan adalah seorang dokter. Tak mengherankan jika B.J. Habibie kelak
menjadi seorang figur teladan.
B.J. Habibie adalah anak keempat dari
delapan bersaudara. Masa kecilnya di Parepare bisa dibilang biasa saja. Namun
kepribadiannya yang periang dan selalu optimis, membuatnya merasa sebagai anak
yang tidak pernah menyusahkan orang lain. Sejak kecil watak B.J. Habibie
berbeda dari saudara-saudaranya. Ia termasuk anak yang senang mengerjakan sesuatu.
Di rumah ia senang membaca buku apa saja. Pada masa kecilnyapun beliau agak
tertutup, tetapi ia sangat tegas berpegang
pada prinsipnya. Jika misalnya timbul perselisihan dengan adik-adiknya
dan B.J. Habibie disalahkan maka ia tidak akan begitu gampang menerimanya, ia
akan melakukan pembelaan terhadap dirinya. Di SMA prestasinya pun mulai
menonjol, terutama dalam bidan MIPA. Prestasinya di SMA membuatnya dikenal di
kalangan sekolah. B.J. Habibie juga dikenal sangat ramah, baik di dalam maupun di luar
sekolah. Ia senang bersahabat dengan siapa saja. Selanjutnya B.J. Habibie
menuruskan pendidikan di ITB. Selama menjadi mahasiswa ITB, B.J. Habibie banyak
tertarik pada bidang pesawat terbang. Salah satu hobinya yang tidak dapat
berkembang adalah kegemaran dan perhatiannya terhadap Aeromodelling. Ia pernah
memasukki Aeromodellilng Club, tapi kelihatannya ia tak pernah punya waktu
banyak untuk itu. B.J. Habibie praktis hanya 6 bulan menjadi mahasiswa ITB.
Tahun lima puluhan, belajar di luar negeri merupakan hal yang langka. Baik
beasiswa maupun belajar sendiri. Namun B.J. Habibie tidak menyia-nyiakan waktu
dan pergi ke kantor Menteri Pendidikan dan mengajukan beasiswa. Siapa yang
sangka, akhirnya B.J. Habibie meneruskan pendidikan beasiswanya ke Jerman. Tepatnya
di Technische Hochschule Aachen Jerman Barat.
Di Jerman, karir B.J. Habibie dimulai.
Ketertarikannya dalam dunia Aeromodelling menjadi motivasi beliau secara tidak langsung. Selama menjadi
mahasiswa disana, beliau aktif dalam kegiatan kemahasiswaan dan tak lupa dengan
pelajaran. Pada
kesempatan-kesempatan tertentu B.J. Habibie selalu mengungkapkan keinginannya
untuk berbuat sesuatu bagi negara dan bangsanya. Lalu ia menggagas suatu
seminar pembangunan bagi mahasiswa-mahasiswa di Eropa. Seminar tersebut
berlangsung sukses.
Ketika waktunya
tiba untuk pulang ke Tanah air untuk berlibur, B.J. Habibie bertemu dengan
seorang teman SMAnya dulu. Yaitu Ainun. Siapa yang sangka yang kemudia kedua
insan ini menjadi pasangan keluarga yang hidup bahagia. Ketika mereka baru
menikah, B.J. Habibie membawa Ainun ke Jerman untuk menemaninya. Kehidupan
pasangan ini di Jerman diwarnanai suka dan duka yang oleh keduanya duka yang
didapat dapat diminimalisir dengan suka yang selalu menyertai kehidupan mereka.
Karier B.J.
Habibie yang semakin maju sehingga membuat Ainun tak harus mengurus rumah
tangga. Ia tak sempat lagi menjahit karena harus sering ikut ke mancanegara. Diterimanya
B.J. Habibie di MBB Civil Aircraft Division (MBB) sebagai wakil kepala direktur
membuat Ainun sudah mulai sibuk mengikut turne-turne B.J. Habibie. Karirnya
dalam pembuatan Pesawat terbang Aerodinamis sudah tidak dapat diragukan.
Terbukti dengan masuknya B.J. Habibie di perusahan pesawat terbang paling
bergengsi di Jerman, yaitu MBB. Kesuksesannya di negara Jerman, membuat B.J.
Habibie dilirik oleh Tanah Air. Soeharto yang ketika itu menjadi presiden
mengirimkan surat kepada B.J. Habibie. Suat tersebut berisikan tentang agar
B.J. Habibie siap jikalau sewaktu-waktu beliau dipanggil oleh Tanah Air demi
pembangunan.
Setelah B.J.
Habibie memperoleh gelar Doktor di bidan ilmu konstruksi pesawat terbang ia
menulis surat ke Indonesia mengabarkan kesiapannya untuk pulang ke Tanah Air.
Dan akhirnya B.J. Habibi beserta keluarganya kembali ke Tanah Air. Selama di
Tanah Air, Soehartolah yang membantu banyak B.J. Habibie. B.J. Habibie diminta
presiden untuk membuat pesawat terbang bagi Tanah Air. Proses pembuatan pesawat
terbang tersebut memakan waktu bertahun-tahun. Ketika waktunya tiba, pesawat
terbang yang oleh B.J. Habibie dinamai N-250 Gatotkoco diuji cobakan dihadapan
para tokoh penting Indonesia dan pers. Pesawat tersebut berhasil terbang
mengitari langit Indonesia yang ketika itu sangat cerah dibaluti awan-awan yang
menghiasinya. Orang-orang yang melihat bersorak sorai gembira melihat
keberhasilan pesawat N-250 Gatotkoco. Dalam diri B.J. Habibie sendiri diliputi
rasa lega yang sedari sebelum diuji cobakan persaan khawatir, takut menjadi
satu.
Kesuksesan B.J.
Habibie juga terjadi di bidang pendidikan. Beliau menjadi pemimpin Ikatan
Cendekiawan Muslim (ICMI) yang menjadi suatu organisasi pendidikan yang
bertanggung jawab akan sekoalh. ICMI mendirikan sekolah Insan Cendekia
(sekarang MAN Insan Cendekia) dimana lulusan angkatan pertama sekolah tersebut dapat menembus berbagai
macam PTN terbaik di Indonesia. Seperti ITB, UI, UGM, dll
Kesuksesan yang
telah diraih oleh B.J. Habibie tak luput dari semangat dan optimisme yang terus
menggelora di dalam dirinya. Sifatnya yang ramah dan pandai bergaul membuatnya
disukai oleh teman-temannya. Keuletan dan keseriusan dalam mengerjakan sesuatu
memimbingnya dalam menjadi salah satu orang tersukses di Indonesia. Hal tersebt
tak lupa berkat doa dan ddukungan dari keluarga, kerabat dekat, dan istri.
Ainun lah yang selama di Jerman, selama dipersunting oleh B.J. Habibie
mendukung setiap jerih payah suaminya untuk menuju kesuksesan. Ainun lah yang
selama in memotivasi B.J. Habibie dari belakang. Dari beliau bukan menjadi
apa-apa sampai dia menjadi apa-apa seperti sekarang.
Itulah perjalanan
kesuksesan B.J. Habibie dalam dunianya di bidang pesawat terbang. Banyak sekali
pemuda-pemudi yang menjadikannya motivasi demi kesuksesannya nanti kelak.